Jikalau seseorang itu sudah
berma’rifat benar-benar kepada tuhannya dengan jalan akal dan hati, maka hal
itu akan menjadikan jiwanya kokoh dan kuat dan meninggalkan kesan yang baik dan
mulia. Selain itu kema’rifatan itu pula yang akan mengarahkan tujuan dan
pandangannya kejurusan yang baik dan benar, malahan ketingkat keluhuran dan
keindahan.
Buah keimanan itu sebagian akan saya
simpulkan dalam uraian di bawah ini:
1. kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain
Sebabnya sifat itu timbul ialah
karena keimanan yang sebenar-benarnya itu akan memberikan kemantapan dalam jiwa
seseorang bahwa hanya Allah sajalah yang
Maha Kuasa untuk memberikan kehidupan, mendatangkan
kematian, memberikan
ketinggian kedudukan, menurunkan dari pangkat yang tinggi, juga hanya Dia
sajalah yang dapat memberikan kemadharatan atau kemanfaatan kepada seseorang
manusia. Selain Allah tidak ada yang kuasa melakukannya. Jadi untuk apa diri
suka diperintah oleh orang yang tidak kuasa apa-apa itu.
Sebenernya sebab utama yang
mengekang manusia sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas dan cepat juga
yang merupakan penghalan yang terbesar untuk mencapai kemajuan itu ialah sikap
tunduk dan patuh pada kemauan orang lain. Sikap kediktatoran dari orang atau
golongan lain itulah yang menghambat segala macam kemajuan, baik yang dilakukan
sebagai kediktatoran politik oleh para penguasa pemerintahan atau kepala-kepala
Negara, ataupun yang dilakukan sebagai kediktatoran kependetaan oleh para ahli
agama atau pendeta-pendetanya.
Dengan penetapa yang diberikan oleh
islam dalam kenyataan ini, maka segala macam perhambaan haruslah dilenyapkan,
sendangkan sebagai gantinya haruslah diperkembangkan kemerdekaan setiap orang
dari kungkungan dan belenggu para pengekang dan penghambat yang telah berjalan
berabad-abad lamanya.
2. Keimanan yang hakiki itu dapat menimbulkan
jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.
Kematian akan dianggap tidak
berharga sama sekali, diremehkan dan sebaliknya malahan akan dicarilah kematian
secara syahid, demi untuk menuntut tegaknya keadilan dan kejujuran serta hak.
Apakah sebabnya jiwa keberanian itu
akan timbul? Sebabnya ialah karena keimanan itu akan mengajarkan bahwa yang
kuasa memberikan umur itu tidak ada selain Allah. Umur itu tidak akan berkurang
sebab manusia itu menjadi berani dan terus maju, tetapi tidak pula akan
bertambah dengan adanya sikap pengecut dan licik. Alangkah banyaknya manusia
yang mati di atas kasurnya yang empuk, tetapi alangkah pula banyaknya orang
yang selamat ditengah berkecamuknya peperangan yang maha dahsyat dan
pertarungan yang amat sengit.
3. Keimanan itu akan menimbulkan keyakinan
yang sesungguh-sungguhnya,
bahwa hanya Allah jualah yang Maha
Kuasa memberikan rizki, juga bahwa rizki itu tidak dapat dicapai karena
kelobaannya orang yang bersifat tamak dan tidak dapat pula ditolak oleh
keengganannya orang yang tidak menyukainya.
Manakala aqidah yang
sebenar-benarnya itu sudah mendalam sekali meresapnya dalam jiwa, maka sudah
pasti manusia yang memilikinya itu akan terlepas dari hinanya sifat-sifat kikir,
tamak, rakus dan loba dan sebagai gantinya ia akan bersifat dan berbudi yang
utama seperti dermawan, suka memberikan bantuan, gemar menolong, suka
memaagkan, pandai bergaul dan lain-lain. Ia akan menjadi manusia yang dapat
diharap-harapkan kebaikannya dan orang lain akan merasa aman sentosa dari
kejahatannya.
4. Ketenangan atau tuma’ninah
adalah salah satu bekas dari pada
keimanan. Yang dimaksudkan ialah ketenangan hati dan ketentraman jiwa.
Jikalau hati sudah tenang dan
jiwapun sudah tentram, maka manusia itu pasti akan dapat merasakan kelezatannya
beristirahat, juga keni’matan keyakinan dalam kalbu. Disamping itu ia akan
berani menganggung segala kesukaran dan kesengsaraan dengan sikap yang berani,
ia akan tabah menghadapi segala marabahaya sekalipun bagaimana juga besar dan
dahsyatnya. Sementara itu ia meyakinkan pula bahwa pertolongan Allah pasti akan
diulurkan pada dirinya, karena hanya Dialah yang Maha Kuasa untuk membuka
segala pintu yang tertutup dan mendobrak segala jendela-jendela yang terkunci.
Dengan kepercayaan yang sedemikian ini, maka tidak mungkin akan dihinggapi oleh
rasa kesedihan, penyesalan ataupun hendak muntuk kebelakang. Apalagi
keputusasaan, maka sifat ini sama sekali tidak terdapat dalam kamus kalbunya.
5. Keimanan itu dapat mengangkat seseorang
dari kekuatan ma’nawiyah kemudian menghubungkannya dengan sifat dari Dzat Allah
yang merupakan sumber kebaikan dan kebajikan serta pokok dari segala
kesempurnaan.
Dengan memiliki semua itu, manusia
akan dapat lebih tinggi kedudukannya dari pada segala yang ada, ia dapat
melepaskan diri dari berbagai materi keduniaan, menghindarkan diri dari semua
macam kesyahwatan, tidak lagi mengingahkan kelezatan duniawiyah dan lain hal yang
tidak ada kemanfaatannya. Sebaliknya ia akan meyakinkan bahwa kebaikan dan
kebahagiaan itu terletak dalam kesucian dan kemuliaan budi serta merealisasikan
segala tindakan yang baik dan bernilai tinggi. Dari sudut ini, seseorang akan
mengarahkan tujuannya yang benar-benar menjurus ke arah kebaikan dalam segala
bidang, baik yang menafaatannya akan kembali pada dirinya sendiri, ummatnya
ataupun seluruh masyarakat ramai.
Inilah yang merupakan rahasia
mengapa amal shalih dengan segenap cabang dan rantingnya itu selalu dihubungkan
dengan keimanan. Tidak lain sebabnya hanyalah karena memang keimanan itulah
yang merupakan pokok pangkal yang dari situ akan muncullah amal perbuatan yang
baik-baik itu dan dari padanya pula bercabang segala tindak tanduk yang
menyebabkan keridha_an Allah.
INGATLAH!!!
MANAKALA HATI SUDAH MEMPEROLEH PETUNJUK YANG BAIK, MAKA KEBAIKAN APA LAGI YANG
AKAN DITINGGALKANNYA? SEMUA AMAL KEBAIKAN PASTI AKAN DILAKSANAKAN DENGAN SEKUAT
TENAGA YANG DIMILIKINYA.
0 komentar:
Posting Komentar