Di era unta, maksiat adalah hal yang sangat tabu dan bukanlah tradisi umat islam.
Tapi di era Toyota ini, maksiat sudah menjadi tradisi yang biasa dilakukan dalam kehidupan keseharian.
bahkan, jika tidak melakukan suatu maksiat, serasa do'a itu tidak ada bobotnya, ini menurut sebagian orang. Karena banyak yang merasa do'anya ampuh dan mujarab adalah ketika setelah melakukan suatu dosa kemudian dia meminta ampunan kepada Allah. Tapi ingatlah, dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar apabila kita meremehkan dosa kecil tersebut. Dosa yang kecil aja bisa jadi besar, apalagi dosa besar? belum lagi jika kita meremehkan dosa yang besar itu, apa jadinya nanti?
Nah, kali ini, saaya akan menguak Bahaya Maksiat Bagi Jiwa, Hati, dan Jasmani. Manusia kadang tak mengetahui seberapa besar dosanya, hanya Allah-lah yang mengetahui seluruhnya.
Diantara beberapa yang kita ketahui adalah sebagai berikut.
- Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan
ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam diri kita dapat menghalangi dan
memadamkan cahaya tersebut. Karena itu, tatkala imam syafi’i duduk di hadapan
Imam Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya
hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di
hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.
“Imam Syafi’i bertutur:
aku mengadu tentang kelemahan
hafalanku yang buruk
Dia memberiku bimbingan
untuk meninggalkan kemaksiatan
seraya berkata, “Ketahuilah,
ilmu adalah karunia. Dan
karunia Allah tidak diberikan
kepada si pelaku dosa dan
kemaksiatan
- Maksiat Menghalangi Rezeki
Di dalam musnad Ahmad disebutkan
“Seorang hamba dicegah dari rezki akibat dosa yang diperbuatnya”
Jika ketakwaan merupakan penyebab
datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kekafiran. Tidak ada
satupun yang dapat memudahkan rezeki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.
- Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Jauhnya atau sunyinya hati seorang
manusia dari cahaya Allah disebabkan oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada
perbuatan meninggalkan dosa yang dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali
berwaspada dari perbuatan maksiat. Seseorang yang berakal tentu akan dengan
mudah meninggalkan kesunyian tersebut. Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang
mengeluh kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif itu
berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa , maka tinggalkanlah. Dalam
hati, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa”.
- Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Kemaksiatan dapat menjauhkan seorang
manusia dengan manusia yang lain, lebih-lebih dengan golongan yang baik.
Semakin kuat tekanan perasaan tersebut, semakin jauhlah dia dari mereka dan
semakin terhalangilah berbagai manfaat dari mereka; akhirnya dia semakin
mendekati setan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga
berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara dia
dengan nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, “sesungguhnya aku bermaksiat
kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang dan istriku”
- Maksiat Menyulitkan Urusan
Seorang pelaku maksiat akan
menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala masalahnya sebagaimana ketakwaan
yang dapat memudahkan segala urusan. Karenanya, sungguh mengherankan jika
seorang hamba sulit menghampiri pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya
tidak ia ketahui.
- Maksiat Menggelapkan Hati
Pelaku maksiat akan senantiasa
mengalami kegelapan hati seperti gelapnya malam. Ketaatan itu adalah cahaya
sedangkan kemaksiatan adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a berkata:
“Sesungguhnya perbuatan baik itu
mendatangkan pencerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki,
kekuatan badan, dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengandung
ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan,
susutnya rezeki, dan kebencian makhluk”.
- Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Jika kemaksiatan itu dianggap dapat
melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu tidak
akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan badan,
itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika
hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun
badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang ia
butuhkan, sehingga kekuatan yang ada pada dirinya sering menipu dirinya
sendiri.
- Maksiat Menghalangi Ketaatan
Dosa dan maksiat akan menghalangi si
pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan
terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya,
putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.
- Maksiat Membuat Umur Terasa Pendek dan Menghapus Keberkahan
Jika kebajikan dikatakan dapat
menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur
manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu, tak ada yang namanya hidup
kecuali jika dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikrullah, serta
mementingkan keridhaan-Nya.
- Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Pada dasarnya manusia yang sudah
terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan
diri darinya.
Diantara dampak negatif keburukan
adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan adalah
mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika anda melakukan suatu kebaikan,
kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga
anda memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit.
Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian ketaatan dan kemaksiatan
merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada
diri anda.
- Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Inilah bahaya maksiat yang paling
menakutkan karena kemaksiatan dapat menyebabkan putusnya secara perlahan-lahan
keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika meninggal,
setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah. Justru dia datang
dengan istighfar dan tobat gaya para orang munafik yang hanya di bibir
sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat kemaksiatan yang masih tetap
dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya dan paling dekat dengan
kebinasaan.
- Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri
Jika kemaksiatan sudah menghilangkan
anggapan kemaksiatan itu merupakan suatu keburukan, kemaksiatan akan menjadi
adat kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa
malu. Orang-orang fasik berpendapat bahwa hal itu merupakan puncak kebahagiaan
dan kebanggan sehingga dengan bangganya dia berkata, “Hai Fulan, semalam aku
telah berbuat anu….”. Orang seperti tiu tidak akan peduli dengan cemoohan orang
lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat sudah tertutup dan pintu-pintunya
telah terkunci. Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw bersabda :
“Setiap umatku dimaafkan kecuali
yang beraksiat terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang
hamba yang dengan bangganya menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah
telah menutupi nya. Dia berkata, “Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu … anu …”
Dengan begitu, sebenarnya dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri,
padahal Allah telah menutupinya semalm-malaman. (HR. Bukhari-Muslim)
- Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diadzab
Homoseksual adalah warisan kaum Luth
a.s. Berbuat curang dengan mengurangi dan melebihkan takaran adalah peninggalan
kaum Syuaib a.s. Sombong di muka bumi dengan menciptakan berbagai kerusakan merupakan
warisan Fir’aun dan kaumnya. Takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud
a.s. Jika begitu dapatlah dikatakan pelaku maksiat pada zaman sekarang adalah
kaum yang memakai baju umat-umat terdahulu dari golongan musuh Allah
- Maksiat Menimbulkan Kehinaan
Imam Hasan Basri berkata, “Mereka
hina dan rendah dalam pandangan Allah SWT sehingga mereka pun sangat mudah
bermaksiat. Sekiranya dalam pandangan Allah seseorang telah hina, tidak ada
seorang pun yang memuliakannya. Kalaupun diantara lingkungannya yang
menghormati dia, itu mereka lakukan karena pamrih atau takut.
- Maksiat Memudahkan Perbuatan Dosa
Kondisi maksiat yang sudah seperi
itu merupakan cir-ciri kehancuran karena manakala dosa itu dianggap kecil atau
ringan oleh hamba, dalam pandangan Allah SWT, dosa itu menjadi besar.
- Maksiat Mewariskan Kehinadinaan
Kemaksiatan dapat melahirkan
kehinadinaan karena kemuliaan itu hanya akan muncul akibat ketaatan kepada
Allah SWT, sebagaimana firman-Nya ini:
“Barangsiapa yang menghendaki
kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu” (QS. Faathir: 10)
Karena itu, hendaklah kemuliaan itu
diraih melalui ketaatan kepada Allah
- Maksiat Merusak Akal
Tidaklah seseorang bermaksiat kepada
Allah sehingga akalnya hilang. Karena, sekiranya akalnya masih berjalan tentu
akan mencegahnya dari kemaksiatan dan dia berada dalam genggaman dan kekuasaan
Allah SWT. Sementara, malaikatnya menyaksikan. Nasihat Al-Qur’an pun
mencegahnya, begitu juga dengan nasihat keimanan. Orang yang luput dari
kemaksiatan adalah orang yang terbaik dan di akhirta kelak dia akan memperoleh
kebahagiaan dan kenikmatan yang berlipat ganda. Maka, adakah orang yang
memiliki akal sehat itu mau mendatang kemaksiatan yang penuh kehinadinaan?
- Maksiat Menutup Hati
Pada dasarnya kotoran hati timbul
akibat kemaksiatan. Bertambahnya kemaksiatan menyebabkan kotoran semakin
berkarat sehingga menjadi karakter yang mengalahkan peran jiwa. Hal seperti itu
akan berakhir hanya kalau si pelaku mendapatkan hidayah. Kalau tidak, pelaku
akan disetir kemaksiatan selamanya.
- Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw telah melaknat
perbuatan maksiat seperti mengubah penunjuk jalan padahal penunjuk jalan itu
sangat penting, melakukan homoseksual, menyerupai laki-laki bagi perempuan atau
menyerupai perempuan bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-menyuap dan
sebagainya. Semakin besar maksiat yang dilakukan, semakin besar laknat beliau
atas mereka. Seseorang yang melakukan hal-hal seperti di atas, berarti dia
telah meridhai dirinya dilaknat Allah SWT, Rasulullah saw, dan malaikat.
- Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat,
disadari atau tidak rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari
ahti. Jika perasaan tersebut masih ada dalam hatinya, itu dapat mencegah
seseorang dari berlaku maksiat
Mencegah Kemaksiatan
Kekuatan hati dalam diri seseorang
yang mencegah dan melarangnya untuk berbuat segala bentuk kesalahan dan
kemaksiatan disebut 'ismah. Para nabi dan rasul mempunyai keberpihakan kepada
kebenaran yang sangat kuat sehingga mereka jarang berbuat maksiat.
Namun, sebagai manusia, mereka tidak
terbebas dari kekhilafan. Nabi Adam, misalnya, tergoda bujuk rayu iblis untuk
mencicipi buah khuldi atau Nabi Yunus yang tercela karena lari meninggalkan
kaumnya seperti diinformasikan oleh Allah SWT dalam surah Assaffaat ayat 142:
''Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.
0 komentar:
Posting Komentar