Rabu, 08 Januari 2014

Bahaya Maksiat Bagi Jiwa, Hati, dan Jasmani Manusia


Di era unta, maksiat adalah hal yang sangat tabu dan bukanlah tradisi umat islam.
Tapi di era Toyota ini, maksiat sudah menjadi tradisi yang biasa dilakukan dalam kehidupan keseharian.
bahkan, jika tidak melakukan suatu maksiat, serasa do'a itu tidak ada bobotnya, ini menurut sebagian orang. Karena banyak yang merasa do'anya ampuh dan mujarab adalah ketika setelah melakukan suatu dosa kemudian dia meminta ampunan kepada Allah. Tapi ingatlah, dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar apabila kita meremehkan dosa kecil tersebut. Dosa yang kecil aja bisa jadi besar, apalagi dosa besar? belum lagi jika kita meremehkan dosa yang besar itu, apa jadinya nanti?
Nah, kali ini, saaya akan menguak Bahaya Maksiat Bagi Jiwa, Hati, dan Jasmani. Manusia kadang tak mengetahui seberapa besar dosanya, hanya Allah-lah yang mengetahui seluruhnya. Diantara beberapa yang kita ketahui adalah sebagai berikut.

  • Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam diri kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Karena itu, tatkala imam syafi’i duduk di hadapan Imam Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat. “Imam Syafi’i bertutur:
aku mengadu tentang kelemahan
hafalanku yang buruk
Dia memberiku bimbingan
untuk meninggalkan kemaksiatan
seraya berkata, “Ketahuilah,
ilmu adalah karunia. Dan
karunia Allah tidak diberikan
kepada si pelaku dosa dan kemaksiatan
  • Maksiat Menghalangi Rezeki
Di dalam musnad Ahmad disebutkan “Seorang hamba dicegah dari rezki akibat dosa yang diperbuatnya”
Jika ketakwaan merupakan penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kekafiran. Tidak ada satupun yang dapat memudahkan rezeki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.
  • Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Jauhnya atau sunyinya hati seorang manusia dari cahaya Allah disebabkan oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada perbuatan meninggalkan dosa yang dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali berwaspada dari perbuatan maksiat. Seseorang yang berakal tentu akan dengan mudah meninggalkan kesunyian tersebut. Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif itu berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa , maka tinggalkanlah. Dalam hati, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa”.
  • Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Kemaksiatan dapat menjauhkan seorang manusia dengan manusia yang lain, lebih-lebih dengan golongan yang baik. Semakin kuat tekanan perasaan tersebut, semakin jauhlah dia dari mereka dan semakin terhalangilah berbagai manfaat dari mereka; akhirnya dia semakin mendekati setan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara dia dengan nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, “sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang dan istriku”
  • Maksiat Menyulitkan Urusan
Seorang pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala masalahnya sebagaimana ketakwaan yang dapat memudahkan segala urusan. Karenanya, sungguh mengherankan jika seorang hamba sulit menghampiri pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya tidak ia ketahui.
  • Maksiat Menggelapkan Hati
Pelaku maksiat akan senantiasa mengalami kegelapan hati seperti gelapnya malam. Ketaatan itu adalah cahaya sedangkan kemaksiatan adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a berkata:
“Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan pencerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki, kekuatan badan, dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengandung ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki, dan kebencian makhluk”.
  • Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Jika kemaksiatan itu dianggap dapat melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu tidak akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan badan, itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang ia butuhkan, sehingga kekuatan yang ada pada dirinya sering menipu dirinya sendiri.
  • Maksiat Menghalangi Ketaatan
Dosa dan maksiat akan menghalangi si pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya, putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.
  • Maksiat Membuat Umur Terasa Pendek dan Menghapus Keberkahan
Jika kebajikan dikatakan dapat menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu, tak ada yang namanya hidup kecuali jika dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikrullah, serta mementingkan keridhaan-Nya.
  • Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Pada dasarnya manusia yang sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya.
Diantara dampak negatif keburukan adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika anda melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga anda memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit. Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada diri anda.
  • Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Inilah bahaya maksiat yang paling menakutkan karena kemaksiatan dapat menyebabkan putusnya secara perlahan-lahan keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika meninggal, setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah. Justru dia datang dengan istighfar dan tobat gaya para orang munafik yang hanya di bibir sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat kemaksiatan yang masih tetap dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya dan paling dekat dengan kebinasaan.
  • Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri
Jika kemaksiatan sudah menghilangkan anggapan kemaksiatan itu merupakan suatu keburukan, kemaksiatan akan menjadi adat kebiasaan sehari-hari yang  menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa malu. Orang-orang fasik berpendapat bahwa hal itu merupakan puncak kebahagiaan dan kebanggan sehingga dengan bangganya dia berkata, “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat anu….”. Orang seperti tiu tidak akan peduli dengan cemoohan orang lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat sudah tertutup dan pintu-pintunya telah terkunci. Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw bersabda :
“Setiap umatku dimaafkan kecuali yang beraksiat terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang hamba yang dengan bangganya menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah telah menutupi nya. Dia berkata, “Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu … anu …” Dengan begitu, sebenarnya dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri, padahal Allah telah menutupinya semalm-malaman. (HR. Bukhari-Muslim)
  • Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diadzab
Homoseksual adalah warisan kaum Luth a.s. Berbuat curang dengan mengurangi dan melebihkan takaran adalah peninggalan kaum Syuaib a.s. Sombong di muka bumi dengan menciptakan berbagai kerusakan merupakan warisan Fir’aun dan kaumnya. Takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud a.s. Jika begitu dapatlah dikatakan pelaku maksiat pada zaman sekarang adalah kaum yang memakai baju umat-umat terdahulu dari golongan musuh Allah
  • Maksiat Menimbulkan Kehinaan
Imam Hasan Basri berkata, “Mereka hina dan rendah dalam pandangan Allah SWT sehingga mereka pun sangat mudah bermaksiat. Sekiranya dalam pandangan Allah seseorang telah hina, tidak ada seorang pun yang memuliakannya. Kalaupun diantara lingkungannya yang menghormati dia, itu mereka lakukan karena pamrih atau takut.
  • Maksiat Memudahkan Perbuatan Dosa
Kondisi maksiat yang sudah seperi itu merupakan cir-ciri kehancuran karena manakala dosa itu dianggap kecil atau ringan oleh hamba, dalam pandangan Allah SWT, dosa itu menjadi besar.
  • Maksiat Mewariskan Kehinadinaan
Kemaksiatan dapat melahirkan kehinadinaan karena kemuliaan itu hanya akan muncul akibat ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya ini:
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu” (QS. Faathir: 10)
Karena itu, hendaklah kemuliaan itu diraih melalui ketaatan kepada Allah
  • Maksiat Merusak Akal
Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah sehingga akalnya hilang. Karena, sekiranya akalnya masih berjalan tentu akan mencegahnya dari kemaksiatan dan dia berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah SWT. Sementara, malaikatnya menyaksikan. Nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu juga dengan nasihat keimanan. Orang yang luput dari kemaksiatan adalah orang yang terbaik dan di akhirta kelak dia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan yang berlipat ganda. Maka, adakah orang yang memiliki akal sehat itu mau mendatang kemaksiatan yang penuh kehinadinaan?
  • Maksiat Menutup Hati
Pada dasarnya kotoran hati timbul akibat kemaksiatan. Bertambahnya kemaksiatan menyebabkan kotoran semakin berkarat sehingga menjadi karakter yang mengalahkan peran jiwa. Hal seperti itu akan berakhir hanya kalau si pelaku mendapatkan hidayah. Kalau tidak, pelaku akan disetir kemaksiatan selamanya.
  • Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw telah melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah penunjuk jalan padahal penunjuk jalan itu sangat penting, melakukan homoseksual, menyerupai laki-laki bagi perempuan atau menyerupai perempuan bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-menyuap dan sebagainya. Semakin besar maksiat yang dilakukan, semakin besar laknat beliau atas mereka. Seseorang yang melakukan hal-hal seperti di atas, berarti dia telah meridhai dirinya dilaknat Allah SWT, Rasulullah saw, dan malaikat.
  • Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari ahti. Jika perasaan tersebut masih ada dalam hatinya, itu dapat mencegah seseorang dari berlaku maksiat
Mencegah Kemaksiatan
Kekuatan hati dalam diri seseorang yang mencegah dan melarangnya untuk berbuat segala bentuk kesalahan dan kemaksiatan disebut 'ismah. Para nabi dan rasul mempunyai keberpihakan kepada kebenaran yang sangat kuat sehingga mereka jarang berbuat maksiat.
Namun, sebagai manusia, mereka tidak terbebas dari kekhilafan. Nabi Adam, misalnya, tergoda bujuk rayu iblis untuk mencicipi buah khuldi atau Nabi Yunus yang tercela karena lari meninggalkan kaumnya seperti diinformasikan oleh Allah SWT dalam surah Assaffaat ayat 142: ''Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.

0 komentar:

Posting Komentar