Kamis, 12 Januari 2012

NASEHAT BURUNG MERAK



                Ketika Hisyam bin Abdul Malik menjadi khalifah di jamannya, tersebutlah seorang tabi’in yang sangat masyhur. Namanya Dzakwan bin Kisan yang sering dijuluki Thawus alias si burung merak.
Suatu hari Hisyam bin Abdul Malik dating ke makkah untuk menunaikan haji. Saat memasuki tanah haram, dia berkata kepada para pemuka makkah, “Carikan aku seorang sahabat Rasulullah SAW.” Lalu para pemuka itu menjawab, “Wahai amirul mu’minin, para sahabat telah wafat susul-menyusul hingga tak satupun dari mereka yang tersisa.” Mendengar perkataan para pemuka tanah haram itu, Hisyam bin Abdul Malik berkata lagi, “kalau begitu, carikan aku seorang tabi’in.”

Maka para pemuka makkah memanggil Dzakwan bin Kisan.
Ketika menemui sang khalifah, Dzakwan bin Kisan membuka sepatunya di tepi permadani, lalu member salam tanpa menyebut “Wahai Amirul Mu’minin”. Dzakwan bin Kisan hanya menyebut namanya saja tanpa sebutan kehormatan lainnya. Sesudah itu, ia langsung duduk sebelum khalifah menyuruhnya duduk.
Hisyam sangat geram diperlakukan seperti itu, hal itu terlihat dari kerutan di wajahnya. Dia menganggap kelakuan si Burung Merak itu sudah keterlaluan dan kurang sopan. Apalagi peristiwa itu disaksikan oleh pengawal dan para pembantunya. Tapi sang khalifah sadar, dan akhirnya tidak marah, karena ia sedang berada di tanah haram, Baitullah.
Dengan sabar sang khalifah bertanya kepada Dzakwan bin Kisan, “Mengapa Anda berbuat seperti itu wahai Dzakwan?”
Kemudian Dzakwan bin Kisan dengan enteng menjawab, “Lho, apa yang saya lakukan?”
Kemudian khalifah menjawab, “Anda melepas sepatu di tepi permadani saya. Anda tidak member salam kebesaran, hanya memanggil nama, lalu duduk sebelum saya persilahkan.” Mendengar kegundahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik, Dzakwan bin Kisan malah member nasehat*dengan arif.
“Kalau soal melepas sepatu, saya melepasnya lima kali sehari di hadapan Rabb yang Maha Esa. Maka hendaknya Anda tidak gusar soal itu. Kalau soal saya tidak memberi salam kehormatan itu karena tidak seluruh kaum muslimin berbaiat kepada Anda. Oleh karena itu, saya takut dikatakan pembohong apabila memanggil Anda sebagai Amirul Mu’minin. Anda tidak rela saya menyebut nama Anda tanpa gelar kebesaran, padahal Allah SWT memanggil nabi-nabi-Nya dengan nama mereka, “Wahai Daud…, Wahai Yahya…, Wahai Musa…, Wahai Isa…, Wahai Adam…”. Sedangkan persoalan bahwa saya duduk sebelum dipersilakan, itu karena saya mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Apabila engkau hendak melihat seorang ahli neraka, maka lihatlah pada seseorang yang duduk sedangkan orang-orang disekelilingnya berdiri.” Nah, saya tidak suka melihat Anda masuk neraka.” Katanya dengan enteng. Usai memberi nasehat, Dzakwan bin Kisan bangkit dari duduknya lalu pergi.

0 komentar:

Posting Komentar